Kisah Cerita Wafatnya Nabi Ya'qub As
Setelah Nabi Ya’qub memiliki 12 keturunan yang disebut dengan asbath (keturunan Ya’qub). Dengan istri pertamanya, Rahiil, Nabi Ya’qub mendapatkan Nabi Yusuf ‘alaihissalaam dan Bunyamin.
Dari istri keduanya, Laya, lahirlah Ruubil, Syam’un, Laawi, Yahuudza, Isaakhar dan Zabilon. Sedangkan dari budak milik Rahiil lahir Daan dan Naftaali, dan dari budak milik Layaa lahir Jaad dan Asyir.
Beliau pun juga semakin dekat dengan datangnya kematian.
Alloh berfirman :
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (Q.S. Al-Baqarah (2): 133)
Tergeletak di atas tikar maut, Nabi Ya’kub As tetap memikirkan keselamatan aqidah putra-putranya. Mulutnya terbata-bata menanyakan kiblat aqidah mana yang akan diikuti putra-putranya sepeninggalnya.
“Sepeninggalku, ke arah mana wajah aqidah kalian hadapkan? Tuhan seperti apa yang kalian sembah?” Tanya Ya’kub As.
“Qiblat aqidah kami mengikuti nenek moyang; Ibrahim, Ismail dan Ishaq. Sembahan mereka itu juga sembahan kami, Tuhan Yang Maha Esa.” Jawab mereka.
Nabi Ya’kub As tidak menanyakan label ketuhanan dari apa yang akan mereka sembah sepeninggalnya, tetapi dia menanyakan sifat-sifat seperti apa yang dimiliki tuhan yang kelak mereka sembah.
Suatu hari Nabi Ya’qub sedang berbincang dengan Malaikat Maut. Di tengah-tengah perbincangannya, Nabi Ya’qub berkata, “Aku tahu tugasmu sebagai pencabut nyawa. Alangkah baiknya, jika engkau mengabari aku terlebih dahulu sebelum menjemput ajalku nanti.”
Malaikat Maut pun berkata, “Baiklah, nanti akan aku kirimkan kepadamu dua atau tiga utusan.” Kemudian Malaikat itupun pergi meninggalkan Nabi Ya’qub.
Setelah beberapa lama, Malaikat itu datang menghampiri Nabi Ya’qub. Karena biasanya bertamu, Nabi Ya’qub tak kaget lagi melihat Malaikat itu datang menemuinya.
Nabi Ya’kub bertanya, “Apa kedatangan engkau sekadar bertamu seperti biasanya?”
Malaikat Maut menjawab, “Tidak, aku mau mencabut nyawamu.”
Kaget, Nabi Ya’qub lantas berkata, “Bukankah aku pernah berpesan padamu agar mengingatkan aku sebelum kau mencabut nyawaku?”
Malaikat Maut menjawab, “Aku sudah kirimkan kepadamu pesan itu, tidak hanya satu bahkan tiga : pertama, rambutmu yang mulai memutih; kedua, badanmu yang mulai melemah; dan ketiga badanmu yang mulai membungkuk. Itulah pesan yang kukirimkan kepada semua manusia sebelum aku mendatangi mereka.”
Kemudian Malaikat mau mencabut nyawa Nabi Ya’qub. Ayah dari Nabi Yusuf itupun meninggalkan dunia dengan kedamaian.
Cerita ini menjadi pelajaran bagi kita. Bukan tanpa peringatan, Allah dan Malaikat-Nya sudah memberikan tanda-tanda seseorang yang akan menemui ajalnya melalui 3 hal tersebut.
Melaui uban pula seseorang akan ditinggikan derajatnya dan dihitung sebagai kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Uban adalah cahaya bagi seorang mukmin. Tidaklah seseorang beruban, walau hanya sehelai, kecuali setiap ubannya akan dihitung sebagai kebaikan yang akan meninggikan derajatnya”
Maka ketika tanda-tanda tersebut telah muncul, hendaknya menjadi alarm kita bahwa sebentar lagi akan meninggalkan dunia yang fana. Bukan lagi waktunya untuk bersenang-senang dengan memperbanyak dosa, melainkan mnimbun pahala.
Alangkah baiknya seseorang yang panjang umurnya dan baik pula perbuatannya seperti hadits Nabi berikut, ”Sungguh berbahagia bagi orang yang panjang usianya dan baik amal perbuatannya.” (HR Thabrani).
Wallohua'lam Bisshowab
Dari istri keduanya, Laya, lahirlah Ruubil, Syam’un, Laawi, Yahuudza, Isaakhar dan Zabilon. Sedangkan dari budak milik Rahiil lahir Daan dan Naftaali, dan dari budak milik Layaa lahir Jaad dan Asyir.
Beliau pun juga semakin dekat dengan datangnya kematian.
Alloh berfirman :
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (Q.S. Al-Baqarah (2): 133)
Tergeletak di atas tikar maut, Nabi Ya’kub As tetap memikirkan keselamatan aqidah putra-putranya. Mulutnya terbata-bata menanyakan kiblat aqidah mana yang akan diikuti putra-putranya sepeninggalnya.
“Sepeninggalku, ke arah mana wajah aqidah kalian hadapkan? Tuhan seperti apa yang kalian sembah?” Tanya Ya’kub As.
“Qiblat aqidah kami mengikuti nenek moyang; Ibrahim, Ismail dan Ishaq. Sembahan mereka itu juga sembahan kami, Tuhan Yang Maha Esa.” Jawab mereka.
Nabi Ya’kub As tidak menanyakan label ketuhanan dari apa yang akan mereka sembah sepeninggalnya, tetapi dia menanyakan sifat-sifat seperti apa yang dimiliki tuhan yang kelak mereka sembah.
Suatu hari Nabi Ya’qub sedang berbincang dengan Malaikat Maut. Di tengah-tengah perbincangannya, Nabi Ya’qub berkata, “Aku tahu tugasmu sebagai pencabut nyawa. Alangkah baiknya, jika engkau mengabari aku terlebih dahulu sebelum menjemput ajalku nanti.”
Malaikat Maut pun berkata, “Baiklah, nanti akan aku kirimkan kepadamu dua atau tiga utusan.” Kemudian Malaikat itupun pergi meninggalkan Nabi Ya’qub.
Setelah beberapa lama, Malaikat itu datang menghampiri Nabi Ya’qub. Karena biasanya bertamu, Nabi Ya’qub tak kaget lagi melihat Malaikat itu datang menemuinya.
Nabi Ya’kub bertanya, “Apa kedatangan engkau sekadar bertamu seperti biasanya?”
Malaikat Maut menjawab, “Tidak, aku mau mencabut nyawamu.”
Kaget, Nabi Ya’qub lantas berkata, “Bukankah aku pernah berpesan padamu agar mengingatkan aku sebelum kau mencabut nyawaku?”
Malaikat Maut menjawab, “Aku sudah kirimkan kepadamu pesan itu, tidak hanya satu bahkan tiga : pertama, rambutmu yang mulai memutih; kedua, badanmu yang mulai melemah; dan ketiga badanmu yang mulai membungkuk. Itulah pesan yang kukirimkan kepada semua manusia sebelum aku mendatangi mereka.”
Kemudian Malaikat mau mencabut nyawa Nabi Ya’qub. Ayah dari Nabi Yusuf itupun meninggalkan dunia dengan kedamaian.
Cerita ini menjadi pelajaran bagi kita. Bukan tanpa peringatan, Allah dan Malaikat-Nya sudah memberikan tanda-tanda seseorang yang akan menemui ajalnya melalui 3 hal tersebut.
Melaui uban pula seseorang akan ditinggikan derajatnya dan dihitung sebagai kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Uban adalah cahaya bagi seorang mukmin. Tidaklah seseorang beruban, walau hanya sehelai, kecuali setiap ubannya akan dihitung sebagai kebaikan yang akan meninggikan derajatnya”
Maka ketika tanda-tanda tersebut telah muncul, hendaknya menjadi alarm kita bahwa sebentar lagi akan meninggalkan dunia yang fana. Bukan lagi waktunya untuk bersenang-senang dengan memperbanyak dosa, melainkan mnimbun pahala.
Alangkah baiknya seseorang yang panjang umurnya dan baik pula perbuatannya seperti hadits Nabi berikut, ”Sungguh berbahagia bagi orang yang panjang usianya dan baik amal perbuatannya.” (HR Thabrani).
Wallohua'lam Bisshowab